DPRD Bontang

Stunting di Bontang Meningkat, DPRD Kritik Fokus Pemerintah yang Dinilai Tidak Tepat Sasaran

LATESTBONTANG – Angka prevalensi stunting di Kota Bontang mencatatkan lonjakan yang signifikan, mencapai 20,6 persen pada Agustus 2024, sebuah angka yang cukup memprihatinkan.

Angka ini menjadi perhatian serius Fraksi PDI-PDI-Perjuangan DPRD Bontang, Joni Alla’ Padang, yang menyoroti kurangnya fokus pemerintah dalam menyelesaikan masalah mendasar, seperti stunting, di tengah kesibukan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang lebih banyak menggelar kegiatan bimbingan teknis (bimtek).

Ia menilai, meski berbagai kegiatan bimtek bagi OPD terus berlangsung, angka stunting di Bontang justru terus meningkat.

“Sementara banyak OPD yang sibuk melaksanakan bimtek, masyarakat kita justru menghadapi masalah yang jauh lebih mendesak, seperti tingginya angka stunting dan dampak banjir di beberapa daerah. Di mana hati nurani kita dalam menghadapi persoalan ini?” tegas Joni dalam rapat DPRD Bontang, Selasa (5/11/2024).

Berdasarkan data terbaru dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), prevalensi stunting di Bontang kembali mencatatkan angka 20,6 persen. Angka ini menunjukkan bahwa masalah stunting masih menjadi isu serius, meskipun berbagai upaya dari pemerintah daerah sudah dilakukan.

Namun, Joni menilai bahwa upaya tersebut belum cukup efektif mengingat banyaknya perencanaan pembangunan yang tidak fokus pada penanganan masalah utama.

“Saat ini, kita perlu fokus pada masalah yang langsung dirasakan masyarakat, seperti stunting. Jangan malah memprioritaskan kegiatan yang tidak memberikan dampak langsung,” ujarnya.

Ia juga mengkritik rendahnya efektivitas program-program pemerintah dalam menanggulangi stunting, terutama dalam hal pemberdayaan masyarakat dan akses pelayanan kesehatan. Salah satu faktor utama, menurut Dinas Kesehatan Kota Bontang, adalah rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan Posyandu, dengan hanya sekitar separuh dari total 16.226 balita yang aktif berpartisipasi.

Sebagai solusi, Joni mengusulkan agar Pemkot Bontang merumuskan strategi penanganan stunting yang lebih terfokus, dengan memperkuat program-program kesehatan yang berorientasi langsung pada masyarakat, khususnya di tingkat komunitas. Ia juga menyarankan agar kualitas dan akses Posyandu ditingkatkan, serta memperbanyak sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi yang seimbang bagi tumbuh kembang balita.

“Yang harus kita lakukan sekarang adalah memastikan bahwa semua program yang ada betul-betul fokus untuk mengatasi permasalahan yang langsung dihadapi masyarakat, seperti stunting. Pemerintah harus bekerja lebih keras untuk memastikan bahwa tidak ada lagi anak-anak yang terhambat pertumbuhannya hanya karena kekurangan gizi,” paparnya.

Dengan adanya evaluasi dan perbaikan dalam koordinasi antar-OPD, serta pembenahan prioritas anggaran yang lebih tepat sasaran, Joni berharap angka stunting di Bontang bisa segera ditekan.

Pun Pemerintah Kota Bontang diminta untuk memastikan bahwa setiap program yang dijalankan memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat, khususnya dalam menanggulangi masalah gizi buruk pada balita.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button