Sebelum usainya pandemi Covid 19 sejumlah pengrajin di sentra produksi genteng di Desa Kendal Kecamatan Girimarto Kabupaten Wonogiri (Senin 22/2/2021) keluhkan omset produksi menurun drastis.
Dusun Kendal Kecamatan Girimarto merupakan salah satu sentra produksi genteng di Wonogiri mengeluhkan merosotnya produksi imbas dari krisis ekonomi yang diakibatkan oleh Pandemi COVID19 yang tak kunjung usai.Diperkirakan omset merosot sampai dengan 50% dari produksi sebelum pandemi.
Salah satu produsen genteng Dusun Kendal Kecamatan Girimarto, Sulastri (45), UD. Usaha Baru Dusun kendal mengeluhkan sejak awal pandemi Maret 2020 mengalami penurunan omset yang sangat signifikan, karena krisis ekonomi imbas dari covid.
“Dari awal covid Maret 2020 omset saya menurun drastis ,toko bangunan yang biasanya memesan mulai mengurangi pemesanan ke pabrik kami,mungkin karena mungkin daya beli masyarakat berkurang karena krisis mas,” ujar Sulastri.
“Mungkin masyarakat yang akan membagun rumah menunda terlebih dahulu ,sampai kondisi kembali kondusif,” tambahnya.
Produsen mengeluhkan harga beli bahan baku genteng dan kayu bakar untuk tobongan semakin mahal sementara produksi merosot drastis sampai dengan setengah dari produksi sebelum adanya pandemi.
Pengrajin masih mengeluarkan biaya operasional setiap hari untuk produksi genteng baik untuk memebli bahan baku tanah , membeli kayu bakar serta mobilitas angkutan untuk angkut bahan baku tanah dan bahan untuk tobongan .
Daya beli yang berkurang ini karena adaya covid 19 membuat kondisi perekonomian masyarakat menjadi tidak stabil dan cenderung mengalami krisis. Permintaan dari toko bangunan juga tidak sebanyak sebelum pandemi. Kesulitan distribusi ke luar daerah menambah lagi permasalahan produsen genteng. Pembeli enggan datang ke pabrik karena ditakutkan terjangkit virus, Para produsen memgandalkan pesanan via online saja.
Pengrajin yang hanya mengantungkan perekonomiannya pada produksi genteng sangat merasakan penurunan omset. Hal ini ditambah dengan berbarengan dengan musim peghujan sehingga produksi tidak bisa dilakukan seccara maksimal karena tetap mengandalkan panas matahari untuk pengeringannya.
Hampir sama yang dirasakan Sulastri (45), produsen genteng UD. Putra Mandiri Sutino (50), juga mengalami permasalahan yang sama.
“Biasanya kami sebulan bisa memproduksi 900 genteng perbulan mas itu saja kadang masih bisa bertambah lagi ,semetara pada pandemi ini kami selama 2 bulan baru bisa membakar 9000 genteng,” tutur Sutino.
“Bahan baku harganya tetap standar tetapi produksi tidak bisa maksimal seperti biasanya,kami ya hanya mengandalkan pesana via online saja ,mungkin pembeli takut ke pabrik karena adanya pandemi ini,” ujarnya.
Para produsen berharap kondisi perekonomian segera membaik seperti sedia kala. Harapan produsen permintaan produksi genteng segera membaik seperti semula, dikhawatirkan apabila kondisi terus seperti ini para pengrajin mengalami kerugian yang signifikan bahkan mengancam kelangsungan usahanya. Apabila kondisi seperti ini terus berlanjut mau tidak mau mereka harus menanggung kerugian.
“Kita tetap patuh sama protokol pemerintah,ya harapan kami pandemi segera usai dan kembali seperti semula,ekonomi segera bangkit,’’ pungkas Sutino.
Agus Adhi Sasongko Mahasiswa Kurikulum Dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang (UNNES)