Site icon Latest Bontang

Sumber Sari, Desa Mandiri Penopang Pangan Kukar dengan Produktivitas Tinggi

Foto: Kades Sumber Sari, Sutarno. (Istimewa)

Kutai Kartanegara – Desa Sumber Sari di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dikenal sebagai salah satu desa penopang kebutuhan pangan utama di daerah tersebut.

Dengan total 318 sektor lahan produktif, desa ini mampu menghasilkan panen padi dua kali dalam setahun.

Kepala Desa Sumber Sari, Sutarno menyampaikan bahwa pertanian telah menjadi tulang punggung ekonomi desa, yang bertahan secara mandiri tanpa keterlibatan besar dari pihak korporasi.

“Pertanian di sini menjadi kekuatan utama desa. Kami bisa bertahan karena semuanya dikelola secara mandiri oleh warga,” ujarnya.

Dia menambahkan, dengan produktivitas rata-rata 4,5 hingga 5 ton per hektare, total panen gabah di desa ini bisa mencapai 1.000 tonbper musim. Jika dihitung dengan harga pasaran gabah sekitar Rp300.000 per kuintal, nilai ekonominya bisa menyentuh miliaran rupiah.

Menurutnya, salah satu keunggulan Desa Sumber Sari adalah rantai produksi dan distribusi yang mandiri. Warga tidak hanya menanam dan memanen, tetapi juga menggiling gabah menjadi beras melalui tujuh penggilingan padi milik pribadi, kemudian memasarkan hasilnya ke pasar-pasar tradisional.

“Dari dulu di sini sudah ada penggilingan padi milik warga. Saya asli sini, dari kecil sudah lihat itu berkembang terus,” katanya.

Sutarno mengungkapkan, distribusi beras dilakukan langsung oleh petani atau melalui tengkulak lokal. Sistem ini membuat peran BUMDes dalam distribusi pertanian belum menonjol, karena petani merasa lebih untung menjual sendiri.

“Petani kita lebih memilih jual ke pasar atau lewat tengkulak karena bisa langsung dapat untung maksimal. Kalau lewat BUMDes, mungkin harga bisa naik karena biaya tambahan,” jelasnya.

Selain itu, ia menyampaikan bahwa harga beras saat ini yang mencapai Rp15.000 per kilogram juga menjadi faktor mengapa petani cenderung mengambil jalur distribusi langsung.

“Kalau harga sedang bagus seperti sekarang, petani jual sendiri ke pasar untuk untung maksimal. Bahkan saat harga turun pun sekarang tidak terlalu anjlok,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Sutarno mengatakan, pasar Selasa dan Pasar Malam Tenggarong menjadi tujuan utama distribusi hasil panen petani. Sementara untuk pengembangan ke depan, desa berencana merintis produk turunan dan olahan lokal, namun tantangan pengorganisasian melalui BUMDes masih menjadi pekerjaan rumah.

“Rencana produk unggulan dan olahan ada, tapi pengorganisasian masih jadi tantangan. Penjualan masih lebih banyak melalui jalur petani dan tengkulak lokal,” tandasnya. (Adv)

Exit mobile version