AdvertorialDPRD Kutai Timur

Anggota DPRD Kutim Soroti Kondisi Infrastruktur Dasar dan Akses Masyarakat di Daerah Terpencil

Sangatta. Melihat kondisi infrastruktur dasar serta akses masyarakat di beberapa daerah terpencil di Kutim, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Sayid Anjas, menunjukkan kepeduliannya. Sayid Anjas secara tegas menyampaikan keprihatinannya terhadap daerah seperti Daerah Sandaran, Tanjung Mangkalihat, dan Busang yang masih mengalami keterbatasan akses terhadap listrik, air bersih, dan sinyal telekomunikasi yang memadai.

“Ada beberapa daerah seperti Sandaran, Tanjung Mangkalihat, dan Busang yang belum memiliki akses lampu, air, bahkan sinyal telekomunikasi yang memadai,” ujar Sayid Anjas kepada awak media di Kantor DPRD Kutim pada Selasa (31/10/2023).

Dalam pernyataannya, Sayid Anjas juga menyoroti permasalahan distribusi air bersih yang masih belum optimal di Kaliorang, Kaubun, dan Karangan. Ia menekankan urgensi bantuan terhadap masyarakat yang menghadapi kesulitan dalam mendapatkan air bersih, khususnya di wilayah pedesaan. Menurutnya, bantuan terhadap kebutuhan dasar seperti air bersih seharusnya menjadi prioritas utama yang harus didukung.

Dalam usahanya untuk memperbaiki kondisi ini, Anggota Komisi B DPRD Kutim, Sayid Anjas, mengungkapkan alokasi anggaran sebesar Rp 25 miliar pada tahun 2024 untuk proyek distribusi pipa air. Meskipun demikian, dia menyoroti bahwa progres di daerah tertentu seperti Telen dan Sandaran masih membutuhkan perhatian lebih lanjut.

Selain permasalahan distribusi air bersih, Sayid Anjas juga mempertegas pentingnya perhatian terhadap akses listrik, terutama di wilayah pedalaman. Dia menyoroti perlunya ekspansi cakupan listrik ke daerah terpencil, dengan fokus pada pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti panel surya.

“Perlunya memperluas cakupan listrik ke pedalaman, terutama dengan pemanfaatan panel surya yang menjadi solusi terdepan jika PLN tidak siap membangun sampai ke wilayah pedalaman,” tambahnya.

Kendala akses sinyal juga menjadi fokus utama, terutama karena menghambat program-program seperti beasiswa bagi masyarakat. Menurutnya, penanganan serius diperlukan untuk memastikan potensi masyarakat tergali secara optimal melalui program-program seperti beasiswa yang terhambat karena kurangnya akses sinyal yang memadai.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button